
Gagal dalam jenjang pendidikan menjadi momok tersendiri bagi para palajar. Tren bunuh diri di kalangan siswa yang dikarenakan kegagalan dalam Ujian Nasional, sangat mengejutkan dunia pendidikan. Persepsi buruk terhadap siswa yang kurang berprestasi memang harus dihilangkan, agar tidak menambah rentetan kasus bunuh diri siswa. Persepsi mengenai sebuah prestasi haruslah dengan nilai rapor bagus, selalu mendapat rangking di kelas, nilai ujian tinggi tidak sepenuhnya tepat, karena potensi siswa tidak sepenuhnya pada bidang akademik, namun ada pula potensi seorang siswa yang pada bidang non-akademik. Oleh karena itu, baik guru maupun orangtua siswa harus menyadari bahwa tidak ada anak yang dilahirklan tanpa potensi.
Tidak ada anak yang dilahirkan tanpa potensi
Orangtua harus bersikap
bijaksana, memberikan kehidupan merdeka bagi anak, serta menanamkan rasa
tanggung jawab pada diri anak agar selalu berada pada jalur yang benar. Selain
itu dibutuhkan pula peran orangtua dan guru dalam mengontrol, mendukung, dan
memantapkan pengembangan potensi anak yang sesungguhnya. Di sekolah seharusnya
guru tidak hanya memusatkan perhatiannya pada bidang kognitif saja, namun
pengembangan talenta dan non-kognitif harus diperhitungkan juga. Penyaringan
talenta dan pembekalan mental pada siswa perlu diberikan sejak awal, untuk
mengantisipasi siswa yang lemah kognitifnya. Dari rentetan fenomena bunuh diri,
diharap orangtua dan guru lebih bisa menghargai dan melihat sisi lain potensi -
potensi diri anak yang positif.
Semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat, serta kita lebih bisa menghargai akan setiap kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita semua.
Semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat, serta kita lebih bisa menghargai akan setiap kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar