Sabtu, 03 Maret 2012

Tren Bunuh Diri di Kalangan Pelajar

Tulisan ini saya buat sekedar untuk share kepada orangtua maupun calon orangtua, dan guru maupun calon guru. Sehubungan dengan sudah dekatnya masa Ujian Nasional, mari kita coba menilik peristiwa dari tahun ke tahun berkaitan dengan pelaksanaan Ujian Nasional. Saya tidak akan menyoroti secara teknis pelaksanaan Ujian Nasional, namun saya akan menyoroti dampak yang diakibatkan bagi seorang siswa yang gagal dalam Ujian Nasional.

Gagal dalam jenjang pendidikan menjadi momok tersendiri bagi para palajar. Tren bunuh diri di kalangan siswa yang dikarenakan kegagalan dalam Ujian Nasional, sangat mengejutkan dunia pendidikan. Persepsi buruk terhadap siswa yang kurang berprestasi memang harus dihilangkan, agar tidak menambah rentetan kasus bunuh diri siswa. Persepsi mengenai sebuah prestasi haruslah dengan nilai rapor bagus, selalu mendapat rangking di kelas, nilai ujian tinggi tidak sepenuhnya tepat, karena potensi siswa tidak sepenuhnya pada bidang akademik, namun ada pula potensi seorang siswa yang pada bidang non-akademik. Oleh karena itu, baik guru maupun orangtua siswa harus menyadari bahwa tidak ada anak yang dilahirklan tanpa potensi.

Tidak ada anak yang dilahirkan tanpa potensi

Orangtua harus melihat kemampuan anak di luar kemampuan akademiknya, karena tidak selamanya sukses ditentukan dengan nilai di sekolah. Hal seperti ini perlu didukung dengan kesadaran orangtua untuk lebih dapat mengenali dan memahami potensi yang dimiliki anaknya, dengan demikian orangtua diharapkan dapat mengarahkan, menempatan, memfasilitasi, dan memaksimalkan potensi tersebut dengan penyaluran yang tepat. Di sisi lain orangtua harus mengubah gaya hidupnya yang cenderung suka memberi target, membanding - bandingkan, selalu merasa kurang terhadap prestasi yang diperoleh anak khususnya pada bidang akademik. Hal seperti ini hanya akan membuat siswa merasa tertekan, depresi, stress, dan tidak menutup kemungkinan hanya akan menambah rentetan kasus bunuh diri pelajar tanah air.

Orangtua harus bersikap bijaksana, memberikan kehidupan merdeka bagi anak, serta menanamkan rasa tanggung jawab pada diri anak agar selalu berada pada jalur yang benar. Selain itu dibutuhkan pula peran orangtua dan guru dalam mengontrol, mendukung, dan memantapkan pengembangan potensi anak yang sesungguhnya. Di sekolah seharusnya guru tidak hanya memusatkan perhatiannya pada bidang kognitif saja, namun pengembangan talenta dan non-kognitif harus diperhitungkan juga. Penyaringan talenta dan pembekalan mental pada siswa perlu diberikan sejak awal, untuk mengantisipasi siswa yang lemah kognitifnya. Dari rentetan fenomena bunuh diri, diharap orangtua dan guru lebih bisa menghargai dan melihat sisi lain potensi - potensi diri anak yang positif.

Semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat, serta kita lebih bisa menghargai akan setiap kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita semua.

0 komentar: