Menurut Slavin (Yasa, 2008 dalam http://ipotes.wordpress. com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/
diakses tanggal 12 Maret 2011) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok - kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh
guru. Setting kelompok - kelompok kecil tersebut memperhatikan keberagaman
anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan
dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok
kecil untuk membantu satu sama lain dalam mempelajari teori sepuas hati.
Jadi melalui metode ini, siswa dapat menumbuhkan sikap percaya diri serta saling memotivasi satu sama lain. Hal ini dikarenakan siswa tidak belajar maupun menyelesaikan masalah sendiri, melainkan bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok. Dari kebersamaan yang terjalin antar siswa dalam satu kelompok dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan temannya untuk menyelesaikan bagian dari tugas yang dikerjakan kelompok tersebut. Ide dibalik pembelajaran kooperatif adalah bahwa jika ingin berhasil sebagai tim, mereka akan mendorong anggota timnya untuk unggul dan saling membantu agar dapat tercapai tujuan (Slavin, 1995 : 4).
Menurut Arends (dalam
Nunung, 2007 : 1) ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yaitu; (1) Student
Teams Achievement Division (STAD), (2) Group Investigation, (3) Jigsaw,
dan (4) Structural Approach. Sedangkan dua pendekatan lain yang
dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah; (1) Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan
menulis pada tingkatan 2-8 etingkat TK sampai SD), dan Team Accelerated
Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6
(setingkat TK).
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran
kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa
yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan
tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan
tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang
dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya (Yasa, 2008 dalam http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/ diakses tanggal 12 Maret
2011).
Pembelajaran
kooperatif memungkinkan siswa yang belajar lebih dapat memahami materi dibandingkan
siswa lain yang belajar sendiri. Menurut Slavin (1995 : 19) ketika belajar
dalam kelompok, siswa yang mendapat penjelasan dari temannya akan belajar lebih
banyak daripada belajar sendiri.
Silakan download file lengkapnya dengan format pdf di sini.
Daftar Pustaka
Nunung. 2007. Pembelajaran Kooperatif. http://ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/kooperatif.pdf/ (diakses tanggal 12 maret 2011)
Yasa, D. 2008. Metode Pembelajaran Kooperatif. http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/ (diakses tanggal 12 maret 2011)
Semoga postingan saya kali ini bermanfaat bagi kita semua. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini, terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar