Mendengar kata Mozart, hal pertama yang terpikirkan
adalah tentang musik klasik. Musik klasik ini sudah sangat mendunia karena efek
dari mendengarkan musik klasik tersebut diyakini dapat meningkatkan intelegensi
seseorang. Sedangkan apabila kita berbicara tentang musik secara universal,
banyak sekali kaitannya dengan matematika.
“Mozart Effect : Antara Benar atau Tidaknya Pengaruh Musik Mozart
terhadap Tingkat Intelegensi Seseorang”
Sebelumnya akan saya ulas terlebih dahulu mengenai Mozart Effect. Tulisan ini saya rangkum
dari beberapa sumber yang pro maupun kontra dengan pengaruh musik klasik
terhadap tingkat intelegensi seseorang. Mozart
sendiri adalah
seorang musisi dan komponis besar yang merupakan salah satu dari tiga jenius
musik bersama Ludwig van Beethoven dan Johann Sebastian Bach. Mozart, yang
kemudian dikenal dengan musik
Mozartnya, telah menghasilkan lebih dari
600 karya selama hidupnya yang hanya 35 tahun. Beberapa pihak yang percaya terhadap pengaruh musik klasik mampu mendorong
tingkat intelegensi seseorang, salah satunya dengan adanya penelitian di University
of California, Irvine yang dilakukan psikolog Frances H Rauscher dan rekan - rekannya. Hasil dari penelitian itu menyebutkan bahwa
setelah diperdengarkan musik Mozart 1781 sonata yang dimainkan dengan dua piano
dalam tangga nama D mayor (KV 448) terhadap beberapa siswa, ternyata dapat
meningkatkan kemampuan mengerjakan soal-soal mengenai spasial (ruang). Namun seiring berjalannya waktu, beberapa pihak yang
tidak percaya terhadap pengaruh musik klasik tersebut melakukan penelitian
untuk mematahkan mitos Mozart Effect. Sejumlah peneliti dari University
of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek and Anton K. Formann melakukan penelitian terhadap 3000 partisipan dan menemukan
hasil bahwa tidak ada efek
apapun terhadap kemampuan kognitif apabila anda atau bayi anda sering mendengar
musik klasik. “Silahkan anda
mendengarkan musik Mozart, tapi jangan berharap itu akan mendorong kemampuan
kognitif anda,” kata Pietschnig. Menurut dia, Mozart Effect adalah sebuah
legenda.
“Sedikit orang yang berbakat untuk mengarang musik, tapi banyak yang
dapat memahami, menyanyikan atau semata menikmatinya. Begitu juga matematika.
Sedikit saja orang yang berbakat untuk menemukan fakta matematika baru. Tapi
banyak yang dapat memahami, menggunakan atau semata menikmati keindahannya”
Membaca kalimat tersebut membuat kita menyadari bahwa matematika
menyimpan keindahan tersendiri seperti halnya musik. Pelajar dapat diposisikan
sebagai penikmat, dimana teorema - teorema yang mereka pelajari seperti halnya
sebuah lagu yang dapat mereka nikmati tanpa harus bersusah payah menciptakannya.
Namun, sebagai seorang pengajar ataupun calon pengajar harus dapat memposisikan
dirinya seperti seorang komposer. Bukan dituntut untuk menemukan teorema -
teorema baru, namun dapat mengaransemen cara mengajarkan matematika untuk lebih
atraktif, dinamis, variatif sehingga dapat dinikmati keindahannya. Matematika
adalah kebebasan, seperti ketika kita memainkan musik. Penikmat musik tentu
akan jenuh apabila jenis musik yang ditawarkan monoton, misalnya dalam beberapa
tahun ini didominasi oleh musik melayu yang mendayu - dayu dan sendu, kemudian
ada gebrakan baru dengan menyuguhkan warna musik baru seperti boyband dan
girlband (walaupun kalau saya bilang sebenarnya itu sebuah kemunduran dalam
dunia musik). Sama halnya dalam matematika, penikmat matematika tentu akan
bosan apabila cara penyampaiannya monoton dan kurang menarik. Oleh karena itu,
seorang pengajar harus kreatif dalam menyajikan warna baru ketika mengajarkan
matematika.
Well, Kembali ke masalah Mozart Effect, silakan
anda untuk percaya atau tidak, namun setidaknya belum ada penelitian yang
menyebutkan bahwa tingkat intelegensi anda akan menurun ketika anda
mendengarkan musik klasik. Semoga postingan saya kali ini dapat menambah luas
wawasan kita semua, serta menambah kecintaan kita terhadap matematika.
0 komentar:
Posting Komentar